Welcome

Saturday, August 15, 2009

Potensi Besar, Indonesia Tertinggal dari Malaysia

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia punya potensi besar untuk menjadi negara utama yang mengembangkan ekonomi Islam.

Namun sampai saat ini Indonesia masih tertinggal jauh dari Malaysia, baik dalam aspek perekonomian maupun pengembangan ekonomi islam secara akademis.

Direktur Islamic Research and Training Istitute (IRTI) pada Islamic Development Bank (IDB) Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, ekonomi Islam di Malaysia tumbuh sangat pesat. Dari aspek keuangan, misalnya, saat ini aset bank syariah mencapai 70 persen dari total aset perbankan Malaysia. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan aset perbankan syariah di Indonesia yang baru mencapai 22,5 persen dari total aset perbankan nasional.

"Pemerintah Malaysia begitu aktif dalam mendorong ekonomi islam sehingga mendapat manfaat ekonomi yang lebih besar. Malaysia berhasil menarik masyarakat Timur Tengah berkunjung baik untuk belajar ekonomi islam maupun berbisnis, sehingga kunjungan wisatawan asingnya bisa mencapai 17 juta jiwa. Bandingkan dengan wisatwan di Indonesia yang hanya sekitar 6 juta," jelasnya saat berbicara sebagai narasumber kunci dalam seminar Krisis Keuangan Global : Perspektif dan Solusi Ekonomi Islam , Jumat (14/8) di Universitas Gadjah Mada.

Menurut dia, sistem ekonomi islam yang berbasis pada prinsip syariah merupakan solusi terhadap sistem ekonomi kapitalis yang sedang mengalami krisis. Ekonomi islam lebih tahan terhadap krisis setidaknya karena dua hal : sistem ini berupaya menjaga keseimbangan antara sektor finansial dengan sektor riil dan lebih mengedepankan etika.

Untuk mendorong pengembangan ekonomi islam di Indonesia, lanjut Bambang, pemerintah harus lebih aktif. Salah satunya dengan mendirikan bank islam dengan skala besar. Bank-bank dengan sistem syariah yang ada saat ini dinilainya tidak akan berkembang menjadi besar karena sekadar berfungsi sebagai pelengkap.

Ekonom senior IR TI-IDP M Umer Chapra mengatakan, krisis keuangan global saat ini terjadi antara lain karena adanya short selling, atau transaksi penjualan efek di mana pada saat transaksi dilaksanakan efek tersebut tidak dimiliki nasabah. Dalam sistem ekonomi islam, situasi semacam itu tidak mungkin terjadi.

No comments:

Post a Comment