Puisi Akbar Munazif.
Memicu Hujan
gerak menandai terpukau nya waktu
berselimut dunia roh adam
tercipta pengertian
dua kilauan burung di sore hari
mengingat kan dongeng bunda tatkala menangis
biar rangkaian lemari usang kono berkarya
sementara anyaman mulai pudar
entah ingatan palsu mu
memicu hujan hati
guncangan megah kota mapan
menghias gedung rasa
bercahaya spatu jingga mu dalam benak para ilusi mata ini
smoga kau memberiku sebatang rokok
Padang, 25 januari 2009
Rahasia Jendela
seharus nya canda itu senyum
dalam benak manusia kaku lebih tulus
lantunan pena berbisik suci dalam gulungan semesta ini
teman kau lupa menutup jendela
dansa madu khayal
keinginan mutlak tak terabaikan
tulus di kaki rumput hijau
ku kan menuai hasil tatapan mu
bulan begitu sombong jika kau menutup pintu ini
rahasia dalam rahasia
teruskan bicara mu
Padang, 25 januari 2009
kembali
pergulatan membaur riuh
jarum-jarum hari menyisakan ilusi
sementara berganti ketakutan atas kepuasan
aku kini terkubur
meluapkan kehendak dalam asap kendaraan tua itu
menyelam air liur putih tanpa dasar
taung kan keagungan cacat kau bahagia
mengepal indah mu menciumi langkah hujan
aku mulai rindu
Padang, 2009 Januari 26
Rumah Dinas
disitu lah benua mereka berjalan keindahan tanpa kekosongan rumah-rumah dinas menghitung laba yang telah terangkai busana tentang aktivitas dalam asmara,album dunia hingga dada yang menghujat kepergian kisah telah jauh dilahirkan di setiap kesalahan aku tercipta sepi embun rumah dinas dalam tong sampah geliat aroma warna-warna cucu kesayangan kakek terjatuh bertubi-tubi dalam rumah dinas mereka menata bukit hijau mitos cinta dikemas bulan kursi-kursi roda
"saya menciptakan minuman dalam luka kata mereka"
Padang, 16 juni 2009
Jenaka
penghujung selimut warna telapak awan
bersama umpatan garis cakrawala
sederhana menggali miang tubuh
pelipur berpasangan nikmat penyaji
karya tuan sebab ku bermain
hanya bermain sebab jenaka
gambar-gambar kabar senyum
mereka makna berdiri
menyalin legit antara cermin dan langit
kucing betina permintaan tulang khayal
aku dalam kalender tuan jenaka
melewati baris angka tertipu
tuan jenaka memakai tali
corak api berputar
"nak apa penggalan hidup mu?"
aku gelang tangan
bergoyang sehelai nadi
mengaliri mungil mendung
biarlah beraturan mereka senada
biarlah miring aku tersendat kepala batu
membayangkan ritual pandai aku selalu berbohong
"tuan berapa tinggi senyum langit itu?"
Padang, 20 Juli 2009
pernah ada benih waktu terjaring temaram
cawan sumbing dipundak pemalu
sketsa baju perempuan dari kulit pepaya
getah harga membuat nuansa tidur pulas
dua duka sebelum terlihat terang
dari kantong plastik alam itu terluka
teduh saja perahu usang
dari bebatuan hingga kebun menahan senyum
barakbarak pelosok hunian
tetaplah secangkir tas penuh kerinduan
Padang, 24 Juli 2009
Sumber: Kompas.com
No comments:
Post a Comment