Ø Asal-usul Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti hasil dari pertimbangan akal dan pikiran yang dinyatakan lewat kata-kata dalam sebuah bahasa. Logika dimulai pada masa Yunani kuno, dari Negara Yunani ini banyak lahir tokoh-tokoh filsafat dan ilmuwan-ilmuwan terkenal.
Inti dari logika adalah konsep bentuk logis, konsep tersebut menyatakan bahwa validitas sebuah argument ditentukan oleh kelogisannya dan bukan oleh isinya.
Ada dua dasar penalaran dalam logika yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif adalah penalaran dari sebuah argumen jika kebenaran dari kesimpulannya ditarik dari premis-premisnya. Sebuah argument deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi dari premis-premisnya.
Contoh penalaran deduktif:
- Setiap mamalia punya sebuah jantung
- Semua kuda adalah mamalia
- Setiap kuda punya sebuah jantung
Penlaran induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh penalaran induktif:
1. Kuda Indonesia mempunyai kaki empat
2. Kuda Amerika mempunyai kaki empat
3. Kuda Australia mempunyai kaki empat
4. Kuda Italia mempunyai kaki empat
5. Kuda Jerman mempunyai kaki empat
6. Setiap kuda mempunyai kaki empat
Ø Sejarah dan Perkembangan Logika
Logika diawali pada masa Yunani Kuno, dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM), seorang filsuf Yunani yang pertama kali memecahkan rahasia alam semesta dengan menggunakan akal budi dan meninggalkan dongeng dan cerita takhayul. Saat itu Thales menyatakan bahwa air adalah arkhe (bahasa Yunani) yang berarti asas utama alam semesta.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica (secara khusus mengkaji argumentasi yang berdasar pada proporsi yang benar), dan dialektika (secara khusus mengkaji argumentasi yang berdasar dari prsoporsi yang masih diragukan kebenenarannya).
Abad pertengahan dan logika modern
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding.
Francis bacon (1561-1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
Logika diperkaya lagi dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik:
- Gottfried W. Leibniz(1646-1716): menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
- George Boole(1815-1864)
- John Venn(1834-1923)
- Gottlob Frege(1848 - 1925)
Charles Sab]nders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat melengkapi logika simbolik dengan memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika sebagai teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Logika simbolik kemudian diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Kurt Godel (1906-1978), Rudolf Carnap (1891-1970), dan lain-lain.
Ø Ruang Lingkup Logika
Logika sebagai Ilmu Pengetahuan : Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir yang dikaji dari segi ketepatannya
Logika sebagai cabang Filsafat : Logika merupakan cabang filsafat yang praktis (dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari). Misalnya, logika digunakan sebagai alat untuk melakukan pembuktian dan mencari kebenaran.
Logika sebagai Matematika Murni : Matematika adalah logika yang tersistematisasi, dan merupakan pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau symbol-simbol matematik.
Ø Tujuan Logika
Logika mempunyai sangat berguna bagi peradapan manusia, kegunaannya antara lain:
· Orang menjadi bisa berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, koheren, dan tetap dengan mempalajari logika.
· Logika membantu seorang untuk berpikir secara abstrak, cermat, dan obyektif.
· Logika meningkatakan kecerdasan dan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
· Dengan logika seseorang bisa melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
· Mendorong seseorang untuk berpikir menggunakan asas-asas sistematis.
· Seseorang menjadi sadar akan pentingnya sebuah kebenaran dari suatu hal.
No comments:
Post a Comment